HeadlineTanjungpinang

Warung Kopitiam Geysa Jual Babi Bertuliskan Halal di Etalase Ternyata Tak Berizin

×

Warung Kopitiam Geysa Jual Babi Bertuliskan Halal di Etalase Ternyata Tak Berizin

Sebarkan artikel ini
Satpol PP Kota Tanjungpinang, merespon cepat keberadaan Warung Kopitiam Geysa yang berada di Jalan Ir Sutami, Kompleks Suka Berenang, Minggu (28/5). Satpol PP melakukan inspeksi mendadak (sidak), Minggu (28/5), lantaran pemilik usaha menjual makanan non halal seperti babi kecap, babi goreng/panggang, dan bubur bak.

Infotoday.id – Warung Kopitiam Geysa di Kompleks Suka Berenang yang menyajikan menu makanan halal dan non halal ternyata tak berizin.

Hal tersebut diketahui setelah Satpol PP Kota Tanjungpinang melakukan sidak langsung ditempat.

Tempat itu menyajikan makanan halal dan non halal bahkan ada stiker halal dalam bentuk Bahasa Indonesia di etalase.

Kasi OPS Satpol PP Kota Tanjungpinang, Singgih Prawira, menuturkan, usaha tersebut dipastikan tidak mengantongi izin, diketahui saat anggotanya melakukan pengecekan langsung setelah adanya pengaduan dari masyarakat.

“Untuk sekarang Satpol PP fokus kepada perizinan usaha yang bersangkutan dan berpotensi gangguan ketertiban umum karena berkaitan dengan sosial budaya masyarakat,” kata Singgih, Senin (29/5).

Sementara itu, Perwira Jaga Satpol PP Kota Tanjungpinang, Rizal Kurniawan, yang memimpin inspeksi mendadak (sidak) tersebut, membenarkan bahwa usaha tersebut tidak mengantongi izin.

Satpol PP sudah menyarankan kepada pemilik usaha, Salmah, untuk mengurus izin. Sementara, terkait dengan tulisan halal di etalase, pemilik usaha mengaku tidak bisa membaca.

Menu Kopitiam Geysa di Kompleks Suka Berenang, Kota Tanjungpinang. Foto: Infotoday.id.

Kepada Infotoday, pemilik Warung Kopitiam Geysa, Salmah, menuturkan bahwa menu makanan halal dan non halal dipisahkan, termasuk kuali yang digunakan.

“Kalau yang jual halal itu beda dengan saya. Itu ibu yang pakai kerudung jual di bagian depan. Kalau saya jual non halal,” katanya.

Salmah menjelaskan bahwa proses memasak non halal di dapur belakang. Untuk yang halal dimasak di depan dengan penjual muslim.

“Tidak masalah kan yang jual makanan halal itu ibu yang pakai kerudung. Hari ini beliau tidak masuk. Bapak datang saja besok pagi, makan. Kalau saya jual dan masak sendiri di bagian belakang, jual non halal saja,” ungkapnya kemarin.

Faktanya, menu makanan dan minuman yang disajikan antara non halal dengan halal disatukan. Termasuk lokasi usaha.

(sueb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *