Infotoday.id – Yayasan Lentera Hati Gurindam Kepulauan Riau (Kepri) bersama 50 anak disabilitas memperingati Hari Anak Nasional (HAN) di Sekolah Toan Hwa Kota Tanjungpinang, Minggu (23/7) pagi.
Acara yang diinisiasi oleh Lentera Hati Gurindam itu mengusung tema “Sejuta Ekspresi Anak Indonesia” mendapat dukungan dari Anggota DPRD Kepri, Rudy Chua, Taruna Bangsa, dan McDonald’s.
Peringatan HAN tersebut pun dihadiri oleh Rudy Chua, Ketua Taruna Bangsa Tanjungpinang, Beri Kurniawan, dan sejumlah orang tua anak disabilitas.
Pembacaan puisi dan fashion show oleh anak disabilitas, hiburan dan sulap menghiasi acara itu. Mereka (penyandang disabilitas) juga diberi bingkisan dan sembako dari Yayasan Lentera Hati Gurindam.
Ketua Lentera Hati Gurindam, Kamarida, meminta Pemerintah Provinsi Kepri dan Kota Tanjungpinang untuk lebih peduli dengan penyandang disabilitas.
“Untuk pemerintah harapan kita ada bantuan untuk anak disabilitas. Bantuan bukan berupa uang saja, tapi bisa berupa barang,” katanya.
Selain itu, sambung Kamarida, pemerintah bisa juga membantu dalam bentuk pelatihan khusus anak disabilitas yang diadakan.
“Seperti pelatihan membatik, keterampilan membuat buket, bros baju, menjahit, dan segala macam,” ungkapnya.
Kamarida menjelaskan, yayasan peduli disabilitas ini (Lentera Hati Gurindam) pernah mengajukan proposal bantuan ke pemerintah provinsi maupun kota. Sayangnya belum ada tanggapan hingga saat ini.
“Sudah tiga kali kita bikin proposal minta bantuan untuk mengadakan kegiatan. Kita ke sekretariat pemerintah, namun sampai sekarang belum ada tanggapan. Kita juga sudah ajukan bantuan ke Kantor Gubernur Kepri, tak ada tanggapan juga,” jelasnya.
Untuk ke pemerintah kota (pemko), Lentera Hati Gurindam juga pernah mengajukan bantuan untuk anak disabilitas ke Wali Kota Tanjungpinang, Rahma.
“Kita juga pernah langsung ke Bu Rahma minta bantuan. Sudah dua kali kita masukkan proposal. Langsung ke Bu Rahma kita kasih proposal pengajuan bantuan. Janji beliau hanya janji, namun realisasinya belum nampak,” tuturnya.
Selain itu, kata Kamarida, Yayasan Lentera Hati Gurindam juga belum punya sekretariat tetap (permanen). Saat ini Sekretariat Yayasan Lentera Hati Gurindam masih di rumah Kamarida di Jalan Ir Sutami, Tanjungpinang.
“Saya mengharapkan ada dukungan dari pemerintah baik provinsi maupun kota. Terutama tempat (sekretariat). Karena kita belum ada sekretariat. Untuk sementara masih di rumah saya di Jalan Ir. Sutami (bawah Perla). Kalau ada sekretariat kita bisa melatih anak-anak disabilitas dalam berkarya. Hasil karya mereka bisa dipajang di sekretariat untuk dijual,” paparnya.
Sementara, Pembina Lentera Hati Gurindam, Kartika Kusumastuti, mengungkapkan, yayasan sudah beberapa kali menggelar kegiatan yang mengarah ke difabel. Karena, difabel tipenya beda-beda.
“Ada yang tuna rungu, wicara, dsb. Kita sesuaikan dengan masing-masing permasalahannya,” ungkapnya.
Beberapa hari lalu, sambung Kartika, yayasan menggelar pelatihan pra karya memanfaatkan sampah jadi bahan yang mempunyai nilai ekonomis. Pelatihan seperti merias, membuat buket, kue, masak dan lainnya juga sudah diadakan.
“Diantara mereka juga sudah ada yang bisa menari Tari Persembahan. Kita bekerja sama dengan Sanggar Lembayung,” ucapnya.
Selain itu, Lentera Hati Gurindam juga membekali anak disabilitas agar lebih mandiri serta memberikan rasa percaya diri terhadap orang tua.
“Karena suatu saat mereka akan ditinggalkan oleh orang tuanya. Untuk itulah pentingnya mandiri, berkarya secara nyata dan bermasyarakat, layaknya dengan lainnya,” jelasnya.
Lentera Hati Gurindam akan terus menggagas ke pemerintah soal perhatian khusus terhadap anak disabilitas.
“Bukan berarti tanpa anggaran pemerintah kita tidak berjalan. Tidak juga. Kita bukan tangan dibawah. InsyaAllah kita bina terus anak-anak kita. Ditambah lagi ada anak yang tidak ada orang tuanya. Kan kasihan,” katanya.
Anggota DPRD Kepri yang juga Pembina Yayasan Lentera Hati Gurindam, Rudy Chua, menilai anak berkebutuhan khusus (disabilitas) sangat sulit untuk menjaganya dibandingkan dengan anak yang sempurna.
“Butuh kesabaran bagi orang tua,” katanya.
Rudy menambahkan, selain orang tua, perhatian dari pemerintah juga penting. Karena, anak disabilitas yang ada di Kepri merupakan tanggung jawab negara dan pemerintah daerah.
“Beban mendidik anak berkebutuhan khusus jauh lebih besar dibandingkan dengan kita sebagai orang tua biasa,” katanya.
Rudy juga menyinggung soal kondisi Sekolah Luar Biasa (SLB) saat ini. Kata dia harus ditingkatkan.
“Sepertinya harus ditingkatkan lagi. Identititas SLB saja masih banyak kekurangan. Perlu perhatian dari pemerintah,” katanya.