Tanjungpinang, Infotoday.id – Manajemen Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raja Ahmad Thabib (RAT) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, menanggapi soal mundurnya dua dokter spesialis ortopedi, Deded Yudha Pranatha, Sp.OT dan dr. Faisal Rahman, Sp.OT.
Direktur RSUD Raja Ahmad Thabib, dr. Yusmanedi, di Tanjungpinang, Jumat (17/2), membantah mundurnya dokter ortopedi dikarenakan hak-hak selama bertugas di rumah sakit tidak dibayarkan oleh manajamen.
Kata dia, dokter ortopedi dengan status PNS di RSUD RAT mengajukan pengunduran diri karena masalah kesehatan yang dialami dokter tersebut.
“Dokter Deded disaat cuti menyampaikan mengalami masalah kesehatan dan mengajukan pengunduran diri sebagai PNS. Itu hak yang bersangkutan secara kemanusiaan. Prosesnya di kepegawaian,” ungkap Yusmanedi.
Ia mengatakan, RSUD Raja Ahmad Thabib saat ini tengah menambah kebutuhan dokter ortopedi lainnya yang akan didatangkan dari Jakarta, bantuan RSAL dan RS di Batam.
“Kebutuhannya sebenarnya 5 dokter ortopedi. Kita berusaha untuk memenuhinya. Memang kita akui SDM kita sangat kurang,” ucap Yusmanedi.
Manajamen juga membantah tidak membayarkan honor sejumlah dokter yang berencana mengundurkan diri dari RSUD RAT. Menurut Yusmanedi, dokter yang mengepalai suatu unit dibenarkan tidak mendapatkan honor.
“Kami tidak ada sepeser pun mengganggu hak dokter. Proses pengangkatan, SK pengangkatan dokter, tidak ada honornya, tapi tugas yang diberikan RSUD,” ungkapnya.
Yusmanedi juga menanggapi soal kritikan dan laporan dari tokoh masyarakat Kepri, mengenai dugaan KKN di RSUD RAT. Menurut dia, dugaan korupsi di RSUD RAT tidak terjadi.
“Kalau memang ada, tentu temuan BPK sudah masuk dari hasil pemeriksaan. Pasti diperiksa, kan gitu,” ujarnya.
Kendati demikian, Yusmanedi membenarkan RSUD RAT masih terus berbenah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
Ia mengaku ketersedian sarana dan prasarana di RSUD RAT masih minim. Meskipun demikian, Yusmanedi berharap kepada jajarannya untuk dapat memberikan pelayanan terbaik ke masyarakat.
“Saya sampaikan kepada seluruh dokter dan pegawai di rumah sakit ini. Luruskan niat kita untuk menjalankan tugas. Di rumah sakit ini jadikan ladang ibadah, bantu semampu kita,” katanya.
Yusmanedi menjelaskan, kebutuhan perbaikan penyediaan sarana dan prasarana di RSUD RAT sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pelayanan sebagai BLUD.
Ditambah lagi alat-alat medis di RSUD RAT terbilang sudah tua. Semisal alat City Scan yang dimiliki 16 light, yang seharusnya sudah 28 light.
“Harusnya ada pembaharuan alat-alat medis,” ungkapnya.
RSUD RAT juga telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kepri hingga Kementerian Kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan alat-alat medis tersebut.
Sementara itu, Wakil Direktur Umum dan Keuangan pada RSUD RAT, Putri Rahmawati, mengungkapkan soal peta jabatan saat ini, pegawai maupun dokter dengan jumlah SDM hanya 800 orang.
Kebutuhan peta jabatan dari tenaga pendukung maupun teknis dan dokter dinilai masih jauh untuk menempatkan RSUD RAT sebagai rumah sakit sesuai standar.
“Peta jabatan yang dibutuhkan sesuai standar 1700 orang. Kita terus berupaya memenuhinya sesuai dengan anggaran yang tersedia,” katanya.
Kendati demikian, RSUD RAT terus menempatkan diri sebagai rumah sakit terakreditasi B, yang dinobatkan sebagai rumah sakit pendidikan kesehatan yang tengah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi di Kepri.
(dar)