OPINI

Opini | Yang Selalu Ada itu Allah

×

Opini | Yang Selalu Ada itu Allah

Sebarkan artikel ini

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera

Artikel ini tidak sedang mengulas tentang argumentasi adanya Tuhan baik secara teks-kontekstual maupun secara rasional. Ulasan ini lebih kepada pengakuan akan Allah yang senantiasa ada bahkan ketika segala sesuatu selain Ia, karena alasan makhluk pergi atau mengabaikan diri kita sendiri.

Berdasar pada pengalaman pribadi, keberadaan Allah dengan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut seperti pemahaman atau kesadaran akan hal itu menjadi satu kesatuan. Tidak semata ada (“wujud”), Allah yang di antara sifatNya adalah Maha Hidup dan tidak mati senantiasa menyertai.

Pada kondisi ini perlu hati-hati, artinya memahami keberadaan Allah yang senantiasa tersebut dapat melalui koridor keilmuan yang berlaku di lingkungan keislaman. Semisal ketetapan Allah yang diberlakukan di semesta ini atau takdir, juga pengetahuan dan kekuasaan Allah. Kehati-hatian dimaksud adalah, di antaranya kesadaran (ingat) Allah dalam segala kondisi termasuk dalam menghadapi masalah bahwa segala terjadi tidak lepas dari kekuatan, ilmu serta kuasa Allah.

Maka diseru untuk tidak melupakan Allah karena akan diancam di hari kiamat kelak dengan ancaman Allah yang akan melupakan mereka. Pada langkah ini, penting untuk senantiasa menyebut Allah secara tepat baik berupa dzikir, do’a atau pengagungan, puja dan puji kepadaNya.

Hal ini paling terasa tatkala kita menghadapi suatu ujian yang entah kenapa, setiap orang seolah akan mengalami kondisi yang membuatnya seharusnya tersadar bahwa Allah semata yang senantiasa ada dan dapat dijadikan sumber kekuatan terutama iman.

Pada saat yang sama, bujuk rayu setan dengan berbagai cara dan upaya untuk menggelincirkan manusia baik melalui perbuatan (seperti “lost control”), perkataan, sampai melalui perasaan seperti dipalingkan dari merasakan Allah, memunculkan rasa sedih atau marah, serta berbagai bisikan kekafiran dan kontraproduktif lainnya. Maka kita perlu mawas diri pada sosok ini dengan berlindung lagi-lagi kepada Allah saja Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Selalu ada yang sesungguhnya, artinya bukan sekedar ucapan pemanis atau kepalsuan belaka, namun berdasar pada hakikat kenyataan bahwa sesungguhnya Allah saja yang mampu mencukupi hamba-hambaNya meskipun terkadang nyatanya melalui perantara, namun kita tidak boleh lalai bahwa pada hakikatnya segala, kebaikan baik berupa pertolongan, penyertaan atau kemudahan lainnya dalam hidup semata dari Allah saja, “Allahu a’lam!”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *