HeadlineTanjungpinangTerkiniTrend

Dewan Pers Ingatkan Pers Taati Pedoman Pemberitaan Ramah Anak

×

Dewan Pers Ingatkan Pers Taati Pedoman Pemberitaan Ramah Anak

Sebarkan artikel ini
potongan siaran pers Dewan Pers terkait pedoman pemberitaan ramah anak, Jumat (14/04/2024)

Infotoday.id. JAKARTA,– Dewan Pers mengingatkan kalangan pers agar menaati aturan tentang penyembunyian identitas dalam pemberitaan tentang anak yang berkonflik dengan hukum. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers Yadi Hendriana.

Dia menanggapi banyaknya pengaduan masyarakat atas pemberitaan pers yang mengungkapkan jatidiri anak dalam kasus kejahatan.

“Kami mengingatkan teman-teman pers agar selalu merujuk dan menaati UndangUndang Pers No.40/199, Kode Etik Jurnalistik (KEJ), dan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) dalam memberitakan anak, baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi kasus kejahatan,” kata Yadi melalui siaran persnya pada Jumat (14/04)

Mantan Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) itu menyebutkan UU Pers Pasal 7 UU ayat (2) yang menyatakan “Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.”

Selanjutnya, kata Yadi, KEJ Pasal 5 menggariskan kewajiban pers melindungi identitas anak. Pasal ini berisi ketentuan “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.”

Mengenai batasan usia anak, Dewan Pers menekankan agar pers merujuk pada Peraturan Dewan Pers No.1/PERATURAN-DP-II/2019 tentang Pedoman Pemberitaan Ramah Anak, yakni seseorang yang belum berusia 18 tahun, baik masih hidup maupun sudah meninggal dunia, sudah menikah maupun belum menikah. Batasan usia anak tersebut merujuk pada Undang- Undang No.11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).

Yadi menjelaskan identitas anak yang harus dilindungi adalah semua data dan informasi yang menyangkut anak, yang memudahkan orang lain mengetahui anak itu. Misalnya, nama, foto, gambar, nama kakak/adik, orang tua, paman atau bibi, kakek atau nenek, dan keterangan pendukung seperti alamat rumah, alamat desa, sekolah, perkumpulan/klub yang diikuti, dan benda- benda khusus yang mencirikan si anak.

“Jadi, semua informasi yang dapat mengungkap jatidiri anak pelaku, anak korban, dan anak saksi suatu kejahatan harus disembunyikan, tidak diungkapkan dalam berita,” ujar Yadi.

(Suaib)

Sumber :Media center Dewan Pers

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *